Reaksi Saponifikasi

Reaksi Saponifikasi / Penyabunan adalah reaksi hidrolisis lemak dengan menggunakan basa kuat sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak yang bersifat membersihkan (sabun). Reaksinya adalah seperti pada diagram di bawah ini :

sumber : https://tewewe.wordpress.com/2014/11/17/reaksi-penyabunan-saponifikasi/

Bila disederhanakan, maka reaksinya adalah sebagai berikut

                                 C3H3(O2CR)3 + 3 NaOH  = C3H5(OH)3 +  3RCOONa

                                 lemak/minyak           basa          gliserol              sabun

Lemak/minyak yang umum digunakan adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak. Masing-masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat). Jumlah dan komposisi asam lemak yang digunakan mempengaruhi sifat sabun yang terbentuk. Lemak yang jumlah carbonnya kurang dari 12 dihindari karena akan membuat iritasi pada kulit. Sedangkan lemak dengan jumlah carbon lebih dari 18 menghasilkan sabun yang sukar larut, tidak berbusa dan mudah teroksidasi. Minyak kelapa yang memiliki panjang rantai karbon menengah memang sangat ideal sebagai bahan pembuat sabun.

Basa kuat/alkali yang paling banyak digunakan dalam proses pembuatan sabun adalah NaOH untuk sabun padat dan KOH untuk sabun cair. 

Hasil reaksi ini menghasilkan 2 produk, gliserol dan sabun. Gliserol berupa cairan kental tidak berwarna dan terasa manis. Karena gliserol mempunyai titik didih yang tinggi, maka untuk mendapatkan gliserol murni harus melalui pemanasan suhu tinggi. Gliserol sangat bermanfaat dalam produk kecantikan karena bersifat humektan (menyerap air) sehingga dapat membantu melembabkan. Karena sifatnya yang baik ini, banyak produsen sabun yang mengekstraknya untuk digunakan dalam produk yang lebih mahal. Oleh karena itu, bila Anda menjumpai cold process soap, sabun tersebut bermutu tinggi karena masih mengandung gliserol dalam jumlah banyak.